Bom Waktu bernama “Inter”
3 min readHingga pekan ke-14 klub kesayangan kita –yang sering bikin sport jantung- secara mengejutkan menampilkan pola permainan yang stabil hingga sementara memuncaki klassemen terpaut satu poin dari juara bertahan, Juventus. Sudah menjadi kebiasaan Inter sebelum memasuki bulan Desember secara posisi di klassemen kita hampir selalu di posisi empat besar. Sejak 2014, sebelum memasuki bulan desember kita bahkan berada di peringkat 3 besar yang terbaik bahkan ketika Era Spalletti di musim 2017/2018 kita peringkat satu di terpaut satu poin dari Napoli kala itu. Hanya pada musim 2014/2015 dan 2016/2017 kita berada diluar empat besar. Jadi bagi fans Interisti, prestasi sekarang bila dilihat dari posisi janganlah jumawa, toh kita udah “biasa” mengalami hal ini.
Mengutip admin twitter dalam cuitannya beberapa hari yang lalu,
“Jika di trading ada yang namanya ‘Sell in May and Go Away’, dimana biasanya saat bulan Mei terjadi siklus downtrend pada saham. Nah di Inter sejak musim 2011/12 – 2018/19 siklus downtrend terjadi di periode Desember – Februari, Bagaimana musim ini?”
Ya itulah bom waktu yang bernama Inter, semua fans sudah paham ketika “Winter is Coming” kita bersiap akan mengalami penurunan performa, ketidakstabilan pola permainan, bahkan yang paling parah konflik antar pemain dimana musim kemarin muncul “Saga Icardi” yang berlarut-larut.
Tetapi…….
Perbedaan musim ini dengan musim sebelumnya terletak pada pola permainan. Musim ini Conte benar-benar merubah pola permainan Inter baik dari segi taktis maupun mental. Di tangan dingin Conte Sensi dirubah layaknya Iniesta, Brozovic dibuat lebih classy, duet Lula menjadi duet tersubur yang pernah dimiliki Inter hingga seorang Valero pun disulap menjadi Valero versi muda yang pernah bermain di Real Madrid. Sehingga harapan Interisti untuk melalui siklus downtrend kali ini dipenuhi dengan rasa optimis, ya setidaknya tidak separah beberapa musim kebelakang.
Namun apakah demikian?
Saya rasa menghadapi siklus downtrend kali ini merupakan ujian terberat Conte setelah pergi dari Juventus, yang membuat saya ragu Conte bisa menuai hasil yang diharapkan (re:perburuan Scudetto) terkendala pada kondisi kebugaran para pemain. Seperti kita ketahui baru beberapa bulan Serie A bergulir, ketika kita sedang tak bosan-bosannya menonton pertandingan Inter. Badai cidera menghantam anak asuhan Conte. Dimulai dari Sensi yang sampe sekarang masih diragukan tampil entah sampai kapan, Sanchez yang baru bisa merumput tahun depan, Barella yang mengalami cidera ketika melawan Torino dan diperkirakan absen hingga satu bulan kedepan, ini belum ditambah cidera minor seperti Gagliardini, Vecino, dan Ambrosio hingga kondisi kebugaran fisik dari Diego Godin.
Kedalaman skuat yang kurang layak bisa menjadi faktor hilangnya momentum perburuan Scudetto di musim ini, walau memang target realistisnya hanya juara Coppa Italia. Kondisi seperti ini sebenarnya masih bisa di selesaikan dengan cara instan yakni bursa transfer musim dingin. Akan tetapi faktor ketersediaan dana dan minimnya pemain pada bursa dingin akan menghambat Beppe Marotta memenuhi keinginan pemain dari Conte. Sehingga salah satu cara yang tersisa bila ingin menjaga momentum kali ini terletak pada mental pemain dan secara otomatis adalah tugas Conte. Mental permainan dan pemain meningkat tajam dalam arahan Conte, menjaga kondisi seperti ini dibutuhkan usaha yang lebih. Dan tentu hasil para pemain tentunya akan terjawab di akhir musim.
Seperti Bom Waktu pada layaknya, sekarang kita akan menunggu kapan bom tersebut akan meledak, apakah akan meledak di pertengahan musim yang berarti siklus downtrend tak bisa diatasi ataupun di akhir musim yang berarti memenangkan gelar?
Coretan asal dari Bang IGE~